Yayasan Baharu (Bani Hasyim Rahayu) aktif bergerak di bidang pendidikan sejak tahun 2001 dengan legalitas akta perubahan terbaru NOMOR AHU-0014830.AH.01.12. TAHUN 2020 dan NIB 1908220038262.
Saat ini telah menaungi 5 satuan pendidikan, yaitu:
Seluruh satuan pendidikan di atas terhimpun dalam sebuah nama Sekolah Interaktif Gemilang Mutafannin (SIGM/Sekolah Gemilang). Sekolah Gemilang sebagai penyelenggara pendidikan mengusung konsep pendidikan interaktif yang melibatkan 3 komponen utama: Keluarga, Sekolah, Masyarakat, untuk mewujudkan insan sejati yang Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer.
Hafizh M.Noor Esa, S.Si, CPHRM
Ketua Yayasan Baharu
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, sumber segala ilmu dan hikmah. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Pendidikan dengan berorientasi kepada siswa (student oriented) dengan mengedepankan kebutuhan siswa dalam pembelajaran sudah menjadi sebuah model yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini. Adanya keragaman dan keunikan setiap individu mendasari pentingnya melihat sudut pandang yang berbeda dari model pendidikan konvensional yang cenderung berpusat kepada pengajar (teacher oriented). Keseimbangan antara keduanya akan mewujudkan proses pendidikan yang optimal dalam melejitkan potensi siswa yang berkarakter.
Yayasan Baharu turut bergerak di bidang pendidikan untuk menghadirkan generasi yang berkontribusi di masyarakat dengan potensinya tanpa mengabaikan karakter sebagai refleksi akhlak mulia. Konsep Sekolah Interaktif dan Inklusif diusung dengan melibatkan aspek keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mewujudkan keseimbangan proses pendidikan yang membentuk karakter, kompetensi, dan kepemimpinan siswa. Yayasan Baharu mendirikan satuan pendidikan mulai dari level PAUD, SD, SMP, SLB-SABK, dan SQ sebagai wadah penyelenggaraannya yang terhimpun dalam sebuah nama Sekolah Gemilang.
Sistem pendidikan & kurikulum khas berbasis tauhid yang terus dikembangkan menjadi acuan Yayasan Baharu dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan tersebut. Keterpaduan nilai-nilai Islam dalam segala aspek dan unsur penunjang pendidikan yang terintegrasi pada sumber daya manusia, kurikulum, metodologi, kelembagaan, orangtua, masyarakat, dan lingkungan dikemas dalam bentuk program unggulan dan dijiwai oleh sebuah tagline, JADILAH DIRIMU, DENGAN NAMA-NYA.
Akhir tahun 2000 gagasan Sekolah Interaktif mulai dipresentasikan ke TK-TK. Alhamdulillah, untuk tahun ajaran pertama (2001/2002) ada 19 orangtua yang mendaftarkan putera/puteri mereka ke Sekolah Interaktif Gemilang Mutafannin (SIGM). Sebuah awal yang cukup bagus mengingat bahwa saat itu kampus SIGM masih berupa kelas yang menumpang sewa di rumah Pak Asep Natsir.
SIGM menawarkan atmosfer sekolah yang berbeda. Dimulai dari namanya yang unik, Sekolah Interaktif. Orangtua siswa SIGM diantarkan pada gagasan bahwa mereka akan ditarik dan dilibatkan dalam proses pendidikan anak di dan bersama sekolah. Programnya antara lain tukar-menukar informasi dan pengetahuan tentang anak. Sebulan sekali orangtua diundang ke sekolah untuk mendiskusikan kasus-kasus anak di sekolah. Cukup seru dan menarik bagaimana guru menceritakan beragam ulah anak di sekolah, untuk kemudian dibahas bersama-sama. Sesekali sekolah mengundang psikolog untuk menambah wawasan ilmu psikologi perkembangan anak.
Ir. Edi Sudrajat Ahmad
Principal Yayasan Baharu
Intensitas pertemuan dengan orangtua angkatan pertama dan kedua pada gilirannya menjadi berkah tersendiri ketika mereka menjadi motor bagi terbentuknya Formasi GM, semacam persatuan orangtua murid. Ibu Asri Andarini, orangtua murid angkatan kedua yang menggagas nama Formasi GM sebagai singkatan dari Forum Masyarakat SIGM. Pak Purnama, Allohu yarham, orangtua murid angkatan pertama terpilih menjadi ketuanya yang pertama pada 2005. Kelahiran Formasi menandai era baru SIGM. Ide-ide orangtua tentang perbaikan dan kemajuan sekolah ditata oleh dan di dalam Formasi GM.
Perjalanan SIGM memang tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan langsung para orangtua murid. Peran mereka tidak sekedar saksi, namun ikut memotivasi bahkan terkadang ikut geregetan - sehingga tidak tahan hanya berdiam diri sebagai penonton yang pasif.
Menjelang usia sewindu SIGM, timbul gagasan untuk membukukan pengalaman belajar di SIGM. Keunikan yang ada di SIGM dalam pikir kami, siapa tahu dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain dalam mengembangkan kekhasannya sendiri. Guru-guru kemudian diminta untuk menuliskan ulang pengalaman uniknya saat berinteraksi dengan murid di dalam atau di luar kelas. Pak Suhud, guru yang terlibat dari awal berdirinya SIGM dan banyak mewarnai praktik pembelajaran interaktif, mengeluarkan semua dokumentasi bahan ajarnya. Banyak hal unik dan segar yang disajikan Pak Suhud dalam bahan ajarnya, yang tujuannya adalah menjadikan proses belajar menjadi hal yang menyenangkan.
Dalam proses penyusunan menjadi sebuah buku, peran orangtua murid yang diwakili Ibu Ana Farida sangatlah menentukan. Karena kemudian semua bahan itu disusun dan ditulis ulang dari perspektif orangtua. Tentu orangtua murid dalam versi Sekolah Interaktif dimana mereka turut merasakan dan menjadi saksi denyut perkembangan SIGM. Maka jadilah ia sebuah buku yang diramu secara lengkap: oleh konseptor, guru sebagai pelaksana konsep, dan orangtua murid yang menjadi saksi atas perkembangan anak-anaknya.
Namun tidak dinyana, ternyata menyusun sebuah buku tidaklah sesederhana dan secepat yang diharapkan. Proses editing di percetakan berlangsung lama. Draft buku bolak-balik direvisi dan disempurnakan. Setelah hampir tiga tahun sejak digagaskan, akhirnya baru pada bulan Juli 2012 cetakan pertama buku itu terbit. Judulnya cukup panjang: “Sekolah yang Menyenangkan, Metode Kreatif Mengajar dan Pengembangan Karakter Siswa.” Penulisnya dicantumkan tiga orang sekaligus: Anna Farida (orangtua murid), Suhud Rois (guru), dan Edi S. Ahmad (konspetor sekolah interaktif).
Akan tetapi masa penantian panjang itu terbayar lunas. Buku Sekolah yang Menyenangkan disambut masyarakat pendidik dengan antusias. Ulasan tentang buku itu datang dari berbagai pihak. Salah satu diantaranya Bapak Zulfikri Anas, yang saat ini menjabat sebagai Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbudristek. Mengomentari buku ini, beliau menulis:
Alhamdulillah, hari ini buku Sekolah yang Menyenangkan memasuki cetakan keempat. Isinya menurut kami bukan hanya tetap relevan, bahkan dapat menjadi rujukan praktis dalam mengarungi samudera Kurikulum Merdeka yang saat ini tengah gencar didengungkan. Profil pelajar Pancasila dengan sendirinya akan tercapai ketika proses pembelajaran berorientasi pada pembentukan karakter, kompetensi, dan kepemimpinan sekaligus. Model pembelajaran aktif berbasis projek, pembelajaran berbasis masalah, atau pendekatan konkrit-piktorial-abstrak pada pembelajaran matematika dapat dengan mudah ditemukan di buku ini.
Tantangan terberat SIGM hari ini adalah bagaimana agar ruh pembelajaran interaktif ini tetap hadir. Bagaimana suasana belajar yang menyenangkan dapat dinikmati para murid, dan pada saat yang sama proses mengadabkan mereka juga berjalan baik. Mereka dilatih untuk lebih banyak melihat ke dalam (inward looking) guna menemukan begitu banyak keajaiban yang telah Allah ciptakan dalam diri. Dengan itu mereka menjadi lebih mudah bersyukur kepada Allah, menjaga segala amanah-Nya, dan berproses menjadi pribadi yang bermanfaat. Pada titik itulah mereka menjadi lebih percaya diri dan menjadi diri sendiri.
“Jadilah Dirimu, dengan Nama-Nya” dengan demikian menjadi motto yang hidup pada diri setiap anak, atau kepada siapapun diantara kita. Karenanya outcome pendidikan di SIGM sejatinya adalah: (1) anak bahagia dan bersyukur menjadi dirinya; (2) potensi anak terasah dan teraktualisasi; (3) anak tergerak untuk melayani.
Setelah menjadi sekolah yang menyenangkan, SIGM bergerak menuju target berikutnya: menjadi sekolah yang menyenangkan dan mengadabkan. Kiranya Allah SWT menunjuki jalannya, dan memudahkannya. Aamiin…