Seorang anak berusia lima tahun, melihat temannya menangis. Ia kemudian menghampiri gurunya dan menanyakan mengapa temannya menangis. Setelah gurunya menjelaskan bahwa temannya bersedih karena balok yang disusunnya dihancurkan oleh salah satu temannya, anak itu mendekati anak yang masih menangis. Ia memegang tangan temannya dan menawarkan bantuan untuk membangun balok-balok yang berserakan bersama-sama.

Kisah di atas menunjukan sebuah empati. Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasakan keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Carl Rogers menyebutkan empati adalah sikap memahami pengalaman orang lain secara akurat seolah-olah ia sendiri yang mengalaminya. Sedangkan menurut Muhammad Umar dan Ahmadi Ali, empati didefinisikan sebagai kecenderungan yang dirasakan seseorang untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain, andaikan dirinya ada di posisi tersebut.

Dapat kita simpulkan bahwa empati adalah perasaan, pikiran, sikap yang muncul karena kepeduliannya terhadap orang lain. Empati perlu dibangun, karena dengan kemampuan ini Ananda akan lebih mudah membangun relasi pertemanan. Sebagai makhluk sosial, tentu menyenangkan jika Ananda dapat tumbuh menjadi seseorang yang peduli pada sesama dan memberikan manfaat bagi lingkungannya. Tentu saja hingga dewasa, empati sangat diperlukan baik dalam kehidupan rumah tangga, pekerjaan, hingga bertetangga. 

Kemampuan berempati ini tidak muncul dengan sendirinya, melainkan perlu dibangun sejak dini. Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan, dan semua poin di bawah ini akan terbangun dengan menjaga interaksi dan komunikasi keluarga.

Empati Emosional (1-2 tahun)

Pada tahap ini, anak sedang mengenal berbagai jenis emosi. Jika ada yang menangis, anak bisa ikut menangis. Ada teman tertawa, ia bisa ikut tertawa. 

Empati Kognitif (3-5 tahun)

Di usia ini, anak sudah mulai bertanya mengapa ia menangis? Mengapa ia berteriak dan marah? Ia sedang berusaha memahami perasaan dirinya dan juga orang lain. Ia juga sudah mulai mengetahui cara menanggulangi emosinya dan mungkin mulai memberikan solusi untuk orang-orang di sekitarnya.

Empati Sosial (6 tahun ke atas)

Anak sudah dapat memahami perasaan orang lain lebih baik. Ia memiliki sudut pandang bahwa dirinya pun bisa mempengaruhi perasaan orang lain. Sudah lebih menyukai kegiatan bersama dan lebih peduli sesama.

Ada banyak cara untuk melatih empati anak, misalnya melalui bermain peran, membacakan buku dengan tema cerita tentang emosi, dan melibatkan anak dalam situasi sosial baik di lingkungan rumah atau sekolah. Tentunya Ayah Bunda pun harus menjadi teladan terbaik untuk Ananda dalam mengelola emosi serta selalu mengajak Ananda berdiskusi mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya.

Berkaitan dengan melibatkan anak dalam lingkungan yang mendukung perkembangan kemampuan empati, sekolah inklusi dapat menjadi pilihan. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima murid dengan berbagai latar belakang, baik kondisi fisik atau kemampuan, perbedaan ekonomi, sehingga seluruh murid dapat merasakan kesempatan pendidikan yang sama. 

Sekolah Interaktif Gemilang Mutafannin adalah salah satu sekolah inklusi di Kabupaten Bandung Barat. Anak-anak usia dini (PAUD) sudah dihadapkan dengan situasi sosial di mana terdapat anak-anak berkebutuhan khusus di kelasnya. Pemandangan keberagaman kemampuan tadi membangun kemampuan emosional termasuk empati Ananda. Bukan hal istimewa ketika mendapati anak Sekolah Gemilang yang penuh kepekaan membantu temannya, atau dengan sigap membantu orang tua karena begitulah tugas manusia. Menjadi bermanfaat untuk lingkungannya, dimulai dari lingkungan terdekatnya. ***

Editor: Hafizh Muhammad Noor Esa, S.Si. CPHRM